Mekongganews.id, KOLAKA – Dalam sesi panel bertajuk “Navigating ESG Challenges in the Critical Minerals and Metals Industry in Order to Progress Downstream Capabilities” pada acara International Critical Minerals and Metals Summit 2024 yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis (5/9/2024)
Para pemimpin industri mineral dan logam kritis berbagi pandangan mengenai penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di sektor ini. Diskusi tersebut menyoroti pentingnya regulasi, komitmen perusahaan, dan berbagai tantangan implementasi ESG di setiap tingkat operasi.
Juliana Tarazona, Direktur Mining & Metals APAC dari dss+, menekankan bahwa industri tambang dihadapkan pada tiga lapisan regulasi yang harus diperhatikan.
“Kita punya banyak regulasi, nomor satu government regulation, nomor dua local regulation, dan nomor tiga international regulation,” ungkap Juliana.
Ia juga menambahkan bahwa banyak perusahaan yang sudah menunjukkan komitmen mereka terhadap ESG, dengan Tesla sebagai salah satu contoh utama.
Muchtazar M.S., Head of Sustainability dari Nickel Industries Limited, menyoroti bahwa ESG bukanlah konsep baru di industri ini, tetapi fokusnya kini lebih pada bagaimana implementasi ESG diterapkan dalam pengambilan keputusan.
“ESG telah diaplikasikan sejak lama. Yang baru adalah bagaimana implementasi ESG dalam pengambilan keputusan,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya portofolio investasi yang baik, terutama ketika membahas tentang insentif bagi penambang kecil dan artisanal. “Pemainnya besar sekali, jadi tidak bisa kita kesampingkan,” tambah Muchtazar.
Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), menegaskan bahwa kepatuhan terhadap regulasi adalah hal yang mutlak, terutama ketika aturan yang jelas telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Kita dari sisi penambang, kalau pemerintah sudah masukkan regulasinya, ya kita patuh saja. Ada banyak daerah, bisa saja regulasi tiap daerah berbeda,” ujar Meidy, menekankan kompleksitas regulasi di berbagai wilayah.
Diskusi ditutup oleh Matthew Yeo, Head of Business Development and ESG dari PT Mitra Murni Perkasa, yang menjadi moderator.
Ia mengakui bahwa ESG merupakan tantangan yang besar bagi perusahaan, namun penting untuk dihadapi demi memastikan industri mineral dan logam kritis dapat terus berkembang, terutama dengan peningkatan kemampuan downstream.