Mekongganews.id, KOLAKA – Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin tertinggi mereka pada Selasa, 6 Agustus 2024, menggantikan Ismail Haniyeh yang meninggal setelah serangan zionis Israel di Iran pada Rabu, 31 Juli 2024.
Zionis Israel telah lama mencari Sinwar dan beberapa petinggi Hamas lainnya. Pada akhir 2023, mereka menawarkan imbalan sebesar Rp 6,4 miliar bagi siapa saja yang menemukan tokoh-tokoh penting Hamas tersebut.
Yahya Sinwar, yang juga dijuluki “Abu Ibrahim,” lahir di Khan Yunis pada tahun 1962. Keluarganya berasal dari daerah Ashkelon yang kemudian diusir oleh Zionis saat peristiwa Nakba pada 1948.
Pria berambut putih ini menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Putra Khan Yunis dan melanjutkan kuliah di Universitas Islam Gaza, di mana ia lulus sebagai sarjana Bahasa Arab.
Selama masa kuliahnya, Sinwar aktif sebagai aktivis, mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selama lima tahun dan aktif di forum diskusi mahasiswa.
Ia juga menduduki berbagai jabatan penting di kampus, termasuk sekretaris panitia teknis, Komite Olahraga, wakil presiden mahasiswa, presiden mahasiswa, hingga kembali menjadi wakil presiden mahasiswa pada 1982.
Pada tahun yang sama, Sinwar ditangkap Israel dan dimasukkan ke penjara Al-Faraa selama enam bulan karena aktivitas perlawanan terhadap negara Yahudi tersebut. Pada 1983, ia ikut serta dalam pembentukan Dinas Keamanan Gerakan (Keamanan Dakwah) yang dipimpin oleh Syekh Ahmad Yassin.
Tiga tahun kemudian, Syekh Yassin menugaskannya untuk mendirikan Organisasi Jihad dan Dakwah (Majd), di mana Sinwar menjadi salah satu pemimpin yang paling populer.
Di organisasi tersebut, nama Sinwar kembali menjadi target Israel karena perannya dalam mencari dan menghukum para pelanggar hukum moralitas Islam dan warga Palestina yang bekerja sama dengan Israel. Sinwar bergabung dengan Hamas setelah organisasi ini dibentuk oleh Syekh Ahmad Yassin pada 1987.
Tahun berikutnya, ia kembali ditangkap oleh Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup atau setara dengan 426 tahun penjara. Sinwar baru dibebaskan setelah menghabiskan 23 tahun hidupnya di penjara, termasuk empat tahun di sel isolasi. Pada 2011, ia dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tahanan Wafa al-Ahrar.
Selama dipenjara, Sinwar mengambil alih kepemimpinan badan pimpinan tertinggi tahanan Hamas di penjara selama beberapa periode. Sesama tahanan membentuk organisasi rahasia yang ia ketuai. Sinwar dan beberapa saudaranya memimpin serangkaian aksi mogok makan, dengan yang paling menonjol terjadi pada 1992, 1996, 2000, dan 2004.
Selama di penjara, ia belajar Bahasa Ibrani dan membaca banyak buku terjemahan politik dan keamanan terkait Israel serta intelijennya (Shin Bet). Sebagai pemimpin Hamas di Gaza, Sinwar juga merupakan seorang penulis yang produktif.
Ia menulis buku “Hamas Trial and Error” dan “Glory” yang membahas pekerjaannya terkait Shin Bet, serta banyak literatur keamanan yang menggambarkan pengalaman keamanan gerakan Hamas. Sinwar juga menulis novel “Duri Cengkih” yang menceritakan perjuangan Palestina pasca 1967 hingga Intifada.
Usai dibebaskan pada 2012, Sinwar menikah dan dikaruniai tiga anak, yakni Ibrahim, Abdullah, dan Reda. Tiga tahun kemudian, ia dimasukkan ke dalam daftar hitam “teroris internasional” oleh Amerika Serikat.
Kediamannya pernah dibom dan dihancurkan pada 1989, lalu kembali dibom saat agresi pada 2014 dan 2021, serta dihancurkan untuk keempat kalinya saat genosida di Jalur Gaza pada Desember 2023.(*)