Mekongganews.id, KOLAKA – Bank Mandiri mendukung investasi pabrik pengolahan (Smelter) nikel yang dibangun oleh Ceria Group melalui unit bisnisnya PT Ceria Metalindo Prima. Dukungan ini sesuai rencana pemerintah untuk mempercepat hilirisasi industri nikel melalui Proyek Strategis Nasional (PSN).
PT Bank Mandiri Tbk melakukan kunjungan ke site PT Ceria Nugraha Indotama di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara pada Jumat, (8/3/2024). Kedatangan Bank Mandiri ke site Ceria guna memantau kemajuan pembangunan Smelter “Merah Putih” milik Ceria yang ditargetkan rampung pada 2024.
Hadir dalam kunjungan tersebut delegasi dari Bank Mandiri antara lain Darmawan Junaidi (Direktur Utama Bank Mandiri), Zainudin Amali (Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri), Riduan (Direktur Corporate Banking Bank Mandiri), Oki Ramadhana (Direktur Utama Mandiri Sekuritas), Helmy Afrisa Nugraha (Senior VP Corporate Banking 3 Bank Mandiri), Atta Alva Wanggai (Regional CEO Region X Bank Mandiri) serta jajaran manajemen dan pimpinan Bank Mandiri Pusat & Regional.
Sedangkan delegasi dari Ceria diwakili oleh Derian Sakmiwata (Ceria Group CEO), Abdul Haris Tatang (Presiden Direktur), Normansyah Duliar (Direktur & Chief Strategic Development), Yusram Rantesalu (Direktur Operasional), Nurlistyo Hadi (Deputy President Director Construction), Imelda Kiagoes (Corporate Secretary), Elviera Putri (Chief of ESG & Sustainability), Wahyu Maradona (GM Site Operations) serta jajaran manajemen dan pimpinan Ceria lainnya.
Kehadiran dan keterlibatan Bank Mandiri dalam proyek smelter “Merah Putih” Ceria ini sesuai dengan amanah Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba), yang mana pemerintah mendorong percepatan hilirisasi industri nikel di Indonesia agar menghasilkan nilai tambah, salah satunya melalui pembangunan smelter.
Darmawan Junaidi selaku Direktur Utama Bank Mandiri dalam pidatonya mengapresiasi progres pembangunan smelter yang saat ini sedang diselesaikan oleh Ceria.
“Bank Mandiri memiliki kepentingan karena kami ingin proyek smelter ini selesai, yang tentunya akan menjadi milestone penting untuk Indonesia. Alhamdulillah progresnya berjalan dengan baik serta sesuai dengan rencana & target yang telah ditetapkan. Kita berdoa semoga proyek ini dapat terselesaikan dengan baik sehingga menciptakan value yang luar biasa untuk kemajuan perekonomian nasional,” ungkapnya.
Darmawan menambahkan bahwa pihaknya bangga dapat mendukung pembiayaan pembangunan Smelter RKEF Line 1 milik Ceria yang menjadi kebanggaan dan simbol indusri nikel milik anak bangsa.
“Ini merupakan inisiatif anak bangsa yang sudah sewajarnya harus didukung. Bank Mandiri juga ingin menunjukan bahwa kita sebagai perbankan nasional memiliki kemampuan untuk mendukung proyek-proyek investor domestik,” terangnya.
Adapun pembiayaan proyek Smelter ini dikucurkan oleh sindikasi perbankan yang terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB), dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar).
Sementara itu, Derian Sakmiwata selaku Ceria Group CEO merasa bersyukur dan berterima kasih atas kunjungan Dirut Bank Mandiri beserta jajaran manajemen Bank Mandiri ke proyek smelter milik Ceria. Derian menyampaikan bahwa kehadiran Bank Mandiri ke site Ceria semakin menguatkan optimisme Ceria dalam menggenjot pembangunan Smelter untuk dapat selesai sesuai target perusahaan.
“Kami ucapkan terima kasih kepada delegasi Bank Mandiri atas waktu yang telah diluangkan untuk datang dan berkunjung ke tempat kami. Alhamdulillah atas bantuan dan dukungan dari Bank Mandiri, InshaAllah dalam waktu dekat akan berdiri pabrik pengolahan nikel milik anak bangsa,” imbuhnya.
Dirinya menjelaskan perjalanan Ceria untuk sampai pada tahap ini bukanlah hal yang mudah. Dia menjelaskan bahwa perjalanan Ceria untuk berperan dalam kemajuan industri nikel di Indonesia tidak hanya berhenti sampai pada titik ini.
“Ceria bertujuan untuk menempatkan dirinya di garis depan rantai pasok global dan industri EV yang berkontribusi pada pengembangan ekosistem baterai serta berpotensi mendorong dunia yang lebih berkelanjutan,” ungkapnya.
Kunjungan Bank Mandiri ke site Ceria ini juga menjadi komitmen bersama perusahaan dalam menjadikan smelter “Merah Putih” sebagai simbol keberlanjutan dalam industri nikel di Indonesia.
Pembangunan smelter ini menggunakan teknologi mutakhir Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia 72 MVA untuk mengolah bijih Nikel Saprolite yang menghasilkan output Feronikel dengan kadar nikel sebesar 22%.
Saat ini hampir seluruh fasilitas Smelter Ceria baik mesin maupun material telah tiba di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sebagian besar material tersebut telah terpasang dan terus dilakukan pemasangan berkelanjutan.
Selain menyelesaikan konstruksi RKEF Smelter Line 1, Ceria juga menargetkan konstruksi Konverter Nikel Matte di tahun 2024 ini dengan tujuan mencapai kandungan nikel yang lebih tinggi, yaitu 73,69%.
“Rencana pengembangan selanjutnya adalah pengolahan bijih nikel limonite dengan kontruksi pembangunan pabrik HPAL untuk menghasilkan Mixed Hydroxite Precipitate (MHP). Target kedepannya adalah pengolahan lebih lanjut MHP menjadi Nikel dan Kobalt Sulfat, dan pengolahan Nikel Matte menjadi Nikel Sulfat (Nickel Matte Refinery) secara bertahap. Nikel Sulfat dari kedua jalur produksi tersebut kemudian akan diolah menjadi prekursor, bahan baku utama untuk produksi baterai,” tambah Derian.
Selain itu, Derian menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan Bank Mandiri dalam mendanai proyek smelter Ceria. Dukungan pendanaan ini tentunya menjadi sejarah bagi Indonesia, dimana Ceria yang merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendapat dukungan pendanaan dari perbankan nasional.
“Sebagai bagian integral dari pembangunan industri nikel di Indonesia, Ceria tidak hanya membangun sebuah smelter, tetapi juga menjadi bagian dari visi lebih besar untuk mendukung pengembangan teknologi yang menciptakan nilai tambah berkali lipat. Dengan semangat keberlanjutan yang juga didukung oleh Bank Mandiri, Ceria siap menyongsong masa depan industri nikel yang semakin cerah di Indonesia,” tutup Derian. (*)