Mekongganews.id, KOLAKA – Suasana unjuk rasa yang awalnya damai di bawah jembatan layang Jalan AP Pettarani, Makassar, pada Senin malam, 26 Agustus 2024, berubah mencekam ketika massa gabungan mahasiswa se-Makassar terlibat bentrokan.
Demonstrasi yang membawa isu penolakan terhadap politik dinasti yang diduga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo di sekitaran Jembatan Layang-Tol Reformasi ini, tiba-tiba berujung ricuh.
Aksi yang melibatkan ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di Makassar, seperti Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Negeri Makassar (UNM), serta beberapa organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) dan kampus-kampus swasta lainnya, telah berlangsung sejak sore hari. Mereka berkumpul dan menutup salah satu jalur di Jalan Urip Sumohardjo, sambil meneriakkan tuntutan-tuntutan yang menggelora.
Sekitar pukul 17.52 Wita, ketegangan meningkat tajam ketika demonstran mulai membakar ban-ban bekas di jalan-jalan, mengirimkan asap hitam ke langit yang menambah kesan dramatis dari perlawanan mereka.
Orator yang memimpin massa dari atas sebuah kendaraan, dengan lantang menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Jokowi. “Hidup mahasiswa! Jangan takut melawan rezim Jokowi!” serunya, yang disambut dengan sorak-sorai dari barisan demonstran.
Namun, situasi mulai tak terkendali sekitar pukul 18.58 Wita, ketika sekelompok mahasiswa dari Unibos memulai aksi pelemparan batu ke arah polisi yang mencoba membubarkan kerumunan.
Tak lama setelah itu, sebuah mobil angkutan umum yang melintas di sekitar lokasi terbakar, menciptakan kepanikan di tengah massa. Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan untuk membubarkan aksi.
Suasana semakin memanas ketika polisi mulai menyisir kawasan di sekitar fly over, berusaha membubarkan massa yang terus melawan. Dua orang demonstran ditangkap di tengah kekacauan yang terjadi, sementara polisi dengan tameng perlahan-lahan memukul mundur massa aksi yang terus melakukan perlawanan.
Bentrokan berlanjut hingga pukul 19.17 Wita, dengan suara letusan gas air mata yang terus terdengar dan mahasiswa yang tetap berusaha mempertahankan posisi mereka.
Situasi di lokasi kejadian belum juga kondusif, dengan arus lalu lintas yang sepenuhnya terhenti dan jalanan yang dipenuhi asap dari ban-ban yang terbakar serta gas air mata.
Bentrokan antara polisi dan demonstran terus terjadi, menggambarkan betapa tegangnya aksi yang semula hanya dimaksudkan sebagai unjuk rasa damai. Para pengendara yang terjebak dalam kemacetan panjang hanya bisa menyaksikan dari kejauhan, sementara polisi berusaha keras mengendalikan situasi yang semakin tak terkendali. (*)