ESDM Dorong Transisi Energi, Pasok Listrik Gas Bersih untuk Smelter Nikel Sulawesi

- Editor

Rabu, 7 Agustus 2024 - 06:16 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kawasan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Ceria Nugraha Indotama. (Foto: Tangkapan Layar)

Kawasan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Ceria Nugraha Indotama. (Foto: Tangkapan Layar)

Mekongganews.id, KOLAKA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengungkapkan bahwa pemerintah akan menyediakan pasokan listrik berbahan bakar gas yang lebih bersih dibandingkan batu bara untuk pabrik smelter nikel di Sulawesi. Rencana ini akan menelan biaya sebesar US$14 miliar hingga tahun 2030.

“Kebutuhan untuk pabrik pemurnian (smelter) saat ini mencapai 20 gigawatt (GW) dan dipenuhi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Namun, kita akan mengupayakan penyediaan energi bersih untuk ini dan juga sebagai bagian dari transisi energi,” ungkap Arifin kepada rekan media, di Gedung Ibnu Sutowo Ditjen Migas, Jakarta, baru-baru ini.

Menurutnya, peralihan dari PLTU ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) memerlukan investasi besar. Pembangunan pembangkit diperkirakan menelan biaya sebesar US$10,7 miliar, transmisi sebesar US$2,3 miliar, dan gardu induk sebesar US$1 miliar. Kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi dipergunakan untuk smelter, yang diperkirakan mencapai 11.139 megawatt (MW) hingga tahun 2030.

“Smelter merupakan industri yang membutuhkan energi besar. Bahkan di Sulawesi sendiri, suatu area smelter yang hanya 4.500 hektare membutuhkan energi listrik hampir mencapai 7 GW. Kita akan menurunkan persentase pasokan listrik untuk smelter ini. Yang sebelumnya menggunakan batu bara, kita alihkan dengan menggunakan gas,” jelasnya.

Arifin menerangkan, sumber gas akan didapat dari dua lokasi. Pertama, dari blok Donggi Senoro setelah kontrak gas bumi berakhir di tahun 2027 dengan kapasitas 337 MMSCF untuk pasokan PLTGU Welhead baru yang berkapasitas 1.800 MW. Kedua, dari Lapangan ENI Muara Bakau, Selat Makassar (antara Kalimantan – Sulawesi) dengan kapasitas gas pipa sebesar 500 MMSCFD untuk memasok PLTGU baru di Palu dengan kapasitas 2.650 MW.

“Listrik dari kedua PLTGU tersebut kemudian akan disalurkan melalui transmisi 500 kilo Volt (kV) untuk menyuplai smelter klaster Huadi di Sulawesi Selatan, Pomala-Ceria (Poci) dan Konawe-Morowali (Kemo) di Sulawesi Tenggara,” tambahnya.

Arifin menjelaskan, rencana penarikan pipa gas dari Kalimantan – Selat Makassar ke Palu diharapkan bisa direalisasikan.

“Kita akan membangun pembangkit gas di Sulawesi, kemudian tarik transmisi, dan di sini juga ada LNG. Setelah kontrak gas bumi Donggi Senoro berakhir tahun 2027, yang selama ini LNG-nya diekspor, kita minta kuota gas untuk domestik. Dari sini kita tarik lagi pipa gasnya dan bangun pembangkit gas. Kemudian kita tarik jaringan sehingga bisa mendukung program pengurangan karbon di industri-industri smelter,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa listrik dari kedua PLTGU itu nantinya akan disalurkan melalui jaringan transmisi sebesar 500 kV untuk memasok suplai ke pabrik-pabrik smelter klaster Huadi di Sulawesi Selatan, yakni Pomala dan Ceria (Poci) dan Konawe serta Morowali (Kemo) di Sulawesi Tenggara.

“Jika harga gas untuk kedua PLTGU mengikuti Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sekitar 6 US$/MMBTU dan toll fee transmisi 3,88 cUS$/kWh dengan harga listrik sekitar 11 cUS$/kWh maka itu cukup kompetitif,” pungkas Arifin. (*)

 

 

Berita Terkait

PT Ceria Nugraha Indotama Wujudkan Hilirisasi Nikel Berkelanjutan
Masuk Tahap Akhir, Menko Airlangga Apresiasi “Smelter Merah Putih” Ceria Group
Rapimnas Kadin 2024, Tiga Isu Strategis Jadi Fokus Utama
Kadin Indonesia Bakal Gelar Rapimnas 1 Desember 2024
Kadin Kolaka Bakal Gelar Ruang Temu Bersama UMKM
PT Ceria Teken MoU dengan KPL Wolo Terkait Pengelolaan Sampah
ESDM Sebut Inovasi Jadi Kunci Peningkatan Keselamatan Industri Tambang
Subsidi BBM dan Listrik Dinilai Tak Tepat Sasaran, Bahlil Pertimbangkan Penyaluram Melalui BLT

Berita Terkait

Selasa, 10 Desember 2024 - 09:22 WITA

PT Ceria Nugraha Indotama Wujudkan Hilirisasi Nikel Berkelanjutan

Jumat, 6 Desember 2024 - 14:21 WITA

Masuk Tahap Akhir, Menko Airlangga Apresiasi “Smelter Merah Putih” Ceria Group

Minggu, 1 Desember 2024 - 20:01 WITA

Rapimnas Kadin 2024, Tiga Isu Strategis Jadi Fokus Utama

Senin, 25 November 2024 - 20:53 WITA

Kadin Indonesia Bakal Gelar Rapimnas 1 Desember 2024

Jumat, 22 November 2024 - 07:23 WITA

Kadin Kolaka Bakal Gelar Ruang Temu Bersama UMKM

Senin, 18 November 2024 - 21:12 WITA

PT Ceria Teken MoU dengan KPL Wolo Terkait Pengelolaan Sampah

Rabu, 13 November 2024 - 06:23 WITA

ESDM Sebut Inovasi Jadi Kunci Peningkatan Keselamatan Industri Tambang

Senin, 4 November 2024 - 08:32 WITA

Subsidi BBM dan Listrik Dinilai Tak Tepat Sasaran, Bahlil Pertimbangkan Penyaluram Melalui BLT

Berita Terbaru