Mekongganews.id, KOLAKA – PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria), sebagai perusahaan pertambangan nikel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia untuk menjadi produsen bahan baterai electric vehicle (EV).
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Moeldoko, dalam acara International Battery Summit (IBS) 2024 yang diadakan di Hotel Mulia, Jakarta pada 29-30 Juli 2024.
“Semoga Ceria dan perusahaan-perusahaan lainnya dalam ekosistem ini menjadi lebih besar dan dapat bersaing di tingkat global,” ujar Moeldoko.
Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya terhadap kebijakan hilirisasi mineral di dalam negeri. Langkah ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia dan memperkuat industri baterai dalam negeri.
IBS 2024 menyoroti tren positif baterai EV yang didukung oleh kebijakan hilirisasi serta roadmap Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri baterai dan kendaraan listrik global.
Moeldoko juga menekankan percepatan program penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022. Inpres ini mewajibkan seluruh instansi pemerintah pusat, daerah, serta perusahaan BUMN untuk menggunakan kendaraan listrik.
Kebijakan ini juga didukung oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023 mengenai percepatan program kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai untuk transportasi jalan, termasuk pemberian insentif fiskal dan non-fiskal dari pemerintah pusat dan daerah.
“Pemerintahan baru pasti akan melanjutkan hilirisasi ini. Presiden terpilih sebelumnya telah menegaskan bahwa program hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi sudah tepat dan harus diteruskan. Komitmen ini bahkan tercantum dalam visi dan misinya,” tambah Moeldoko.
Ia juga menegaskan bahwa hilirisasi akan terus dilanjutkan di masa depan untuk perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
“Indonesia mempunyai modal besar untuk menjadi pemain global dalam industri nikel dan bahan baku kendaraan listrik, sehingga hilirisasi industri menjadi kunci dalam ekosistem ini dan kami optimis kebijakan hilirisasi ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan,” ujarnya.
Corporate Secretary PT Ceria Nugraha Indotama, Imelda Kiagoes, menyatakan bahwa partisipasi Ceria dalam IBS 2024 semakin memperkuat posisi Ceria dalam rantai pasokan global baterai EV.
“IBS 2024 menegaskan posisi Ceria sebagai yang terdepan dalam mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel dalam negeri dan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik ramah lingkungan melalui hilirisasi industri,” katanya.
Imelda menjelaskan bahwa Ceria selalu mengedepankan penggunaan energi terbarukan dan konsisten menjalankan good mining practice dalam setiap operasinya. Ceria juga menerapkan praktik pertambangan yang mengacu pada standar internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) 50 dengan fokus pada lingkungan, sosial, dan keberlanjutan.
“Kami juga menggunakan teknologi pemrosesan dan pemurnian terbaru, seperti tungku persegi panjang atau rectangular furnace pada smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki konsumsi energi rendah dan umur operasional lebih panjang dibandingkan tungku melingkar atau circular furnace,” jelas Imelda.
Founder National Battery Research Institute (NBRI), Evvy Kartini, menyatakan bahwa partisipasi Ceria di IBS 2024 dapat menjadi teladan bagi pelaku industri lainnya. Ia juga mendukung Ceria untuk menjadi pemain kunci dalam hilirisasi mineral di Indonesia.
“Saya pikir kita harus mendorong Ceria untuk menjadi perusahaan besar di industri nikel yang benar-benar mampu menghasilkan produk akhir. Ceria sedang membangun industri yang dimulai dari RKEF untuk feronikel dan memiliki roadmap hingga ke industri baterai,” ujarnya.
Tema dari International Battery Summit 2024 kali ini adalah “The Future Battery Technology from Upstream to Downstream for Accelerating Clean Energy Transition.” IBS 2024 menghadirkan lebih dari 50 pembicara terkemuka dan dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari 20 negara.
Konferensi ini membahas kondisi terkini industri baterai dan kendaraan listrik global yang melibatkan perumus kebijakan, badan regulasi kementerian, lembaga standardisasi, pelaku industri, dan lainnya. (*)